Banyak Perempuan Aceh menjadi korban kejahatan pemerkosaan, waspadai rumah kost yang selalu membawa mala petaka

Senin, 09 Februari 2009

Perdagangan Orang di NTT

MENCARI pekerjaan yang sesuai dengan keinginan hati memang sulitnya bukan main. Apalagi bagi seseorang dengan pengetahuan dan keterampilan yang sangat terbatas. Dia harus melewati jalan panjang dan berliku.

Dalam kondisi ketidakberdayaan itu, begitu banyak orang mendatangi wilayah-wilayah terpencil di NTT untuk menjaring kaum wanita muda usia yang memiliki mimpi untuk bekerja dengan gaji yang menggiurkan. Para calon tenaga kerja ini pun mudah tergoda. Mereka jatuh dalam janji manis petugas yang merupakan bagian dari jaringan mafia perdagangan manusia (trafficking) di NTT.

Begitu banyak wanita muda NTT rela meninggalkan kampung halaman dan keluarganya hanya untuk bekerja di luar negeri demi mendapatkan ringgit dan dolar sambil mengabaikan prosedur yang berlaku.

Seperti itulah yang dialami tiga gadis asal Besikama, Kabupaten Belu, yaitu Emirensia Seran (16), siswi kelas III SMP, Elisa Betleki (16) dan Lani Hoar (16) asal Desa Seserai, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Belu. Dua yang terakhir tidak tamat SD. Mereka memilih kabur dari tempat penampungan PT. Mitra Makmur Jaya Abadi (MMJA) di kawasan Kota Baru Kupang karena merasa dikibuli. Ny. Maria Santi da Silva, warga Tofa, Kota Kupang, yang merekrut mereka, semula menjanjikan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta, tapi kemudian ketahuan bahwa mereka hendak dikirim ke Malaysia.

Ketiga wanita di bawah umur ini langsung meminta perlindungan di Polda NTT.

Menurut pengakuan Emirensia Seran, dua pekan sebelumnya Ny. Maria Santi da Silva datang ke Desa Seserai, membujuk ketiganya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta dengan gaji Rp 500.000/bulan.

"Saya ketemu dengan Ny. Maria Santi waktu pulang sekolah di SMP Negeri Toianas. Saya masih mengenakan pakaian seragam sekolah. Dia (Ny. Maria Santi da Silva --Red) mencegat saya di jalan lalu membujuk untuk menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta. Memang saya mau kerja, tapi masih sekolah. Karena dipaksa oleh Ny. Maria Santi, saya melarikan diri dari rumah," kata Emirensia Seran.

Tidak sebatas membujuk untuk bekerja, Ny. Maria Santi juga meminta Emirensia Seran tidak perlu lagi melanjutkan pendidikan sekalipun sudah kelas III. "Nanti pulang dari Jakarta baru lanjutkan sekolahnya," kata Emirensia, mengutip pernyataan Ny. Maria Santi da Silva.

Ketiga wanita yang masih berusia muda itu pun jatuh dalam bujuk rayu Ny. Maria Santi da Silva. Mereka dibawa dari kampung halamannya tanpa sepengetahuan orangtua dan tanpa mengantongi identitas diri seperti KTP.

Dengan menggunakan sepeda motor yang dikemudi Ny. Maria Santi da Silva, ketiganya menuju Betun untuk menumpang bus menuju Kupang, Rabu (21/1/2009).

"Kami tiba di rumah Ny. Santi (panggilan Ny. Maria Santi da Silva) di Tofa, Maulafa pada malam hari," ujarnya.

Menurut Emirensia Seran, setelah semalam menginap di rumah Ny. Santi, ketiganya dibawa ke tempat penampungan milik PT. Mitra Makmur Jaya Abadi (JMMA) di kawasan Kota Baru, Kupang. Ternyata di rumah dua lantai itu juga sudah ada puluhan calon TKI lainnya yang direkrut perusahaan itu dari berbagai wilayah terpencil di Pulau Timor dan Rote.

Selama sepekan ketiganya ditampung di tempat itu. Semula ketiganya hendak dikirim ke Jakarta, Rabu (28/1/2009) pagi, dengan pesawat udara, setelah pihak perusahaan melakukan medical record.

"Kami baru tahu akan dikirim ke Malaysia setelah diberi tahu teman-teman bahwa sesudah medical record, mereka akan dikirim ke Malaysia. Kami memilih kabur dari tempat penampungan, Senin (26/1/2009) malam, sekitar pukul 02.00 wita. Kami langsung lari ke kantor polisi," kata Emirensia.

Hal senada disampaikan Lani Hoar. Menurut Hoar, ketiganya memilih kabur dari tempat penampungan malam itu setelah melihat pintu depan rumah penampungan PT. MMJA tidak terkunci rapat. Ketiganya berhasil lari lalu melaporkan kasus itu kepada Kepolisian Daerah NTT.

Kasus yang dialami tiga wanita asal Betun, Kabupaten Belu ini merupakan salah satu kasus perdagangan orang yang terungkap tahun 2009. Masih banyak kasus serupa yang lolos dari perhatian aparat keamanan karena longgarnya pengawasan di berbagai pintu keluar NTT

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP