Banyak Perempuan Aceh menjadi korban kejahatan pemerkosaan, waspadai rumah kost yang selalu membawa mala petaka

Minggu, 08 Februari 2009

Siaran Pers

Ketua SPS Telantarkan Karyawan Indonesia Business Today

JAKARTA—Sungguh ironis, kongklomerat pers yang juga ketua Serikat
Penerbit Surat Kabar (SPS), Dahlan Iskan, ternyata menelantarkan
karyawannya. Itulah yang terjadi pada Koran Indonesia Business Today.
Koran yang dimilki oleh raja media, Dahlan Iskan tersebut, mulai Kamis
(5/2) menghentikan kegiatannya

Penghentian penerbitan tersebut merupakan puncak kekecewaan para
awak Indonesia Business Today kepada Dahlan. Di antara kekecewaan
tersebut adalah belum dibayarnya gaji karyawan sejak Desember 2008.
Karaywan sendiri sebenarnya sudah mencoba menuruti kemauan Dahlan yang
mencoba melakukan efisiensi dengan mengubah Koran yang berdiri sendiri
menjadi sekedar sisipan di Indo Pos.
November 2008, di kantor Indonesia Business Today, di kawasan
Fatmawati Jakarta, Dahlan mengatakan bahwa kondisi ekonomi dunia yang
sedang dilanda krisis pasti akan mengimbas ke Indonesia. "Sebelum
krisis melanda, kita harus sudah mengantisipasinya, "ujar Dahlan ketika
itu.
Karena itulah, lanjut Dahlan,"Kita harus melakukan upaya agar
tidak tergilas oleh krisis." Untuk itulah, solusi yang ditawarkan
oleh Dahlan adalah melakukan penggabungan dua Koran yakni Indonesia
Business Today dengan Indo Pos. Penggabungan itu dilakukan dengan
pertimbangan bahwa masing-masing punya kelebihan. Indonesia Business
Today kuat di rubric-rubrik ekonomi, sementara Indo Pos, katanya kuat
di Politik.
Jika kelebihan-kelebihan itu digabungkan, tentu akan menghasilkan
produk atau koran yang unggul di semua lini. Sehingga diharapkan,
sinergi tersebut bisa menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan
persaingan media cetak yang makin tajam belakangan ini.
Ketika ide itu dilontarkan, banyak Indonesia Business Today yang
merasa resah. Karena bukan tidak mungkin jika itu dilakukan, pasti
akan mengurangi jumlah karyawan. Hal itu bukan tanpa alasan. Soalnya,
bagaimana mungkin mempertahankan jumlah karyawan yang ada sementara
jumlah halaman yang harus dikerjakan dipotong hanya tinggal sepertiga.
Yaitu dari 24 halaman menjadi hanya 8 halaman saja. Selain itu, divisi
sirkulasi dan iklan juga akan disatukan.
Toh, kekhawatiran tersebut, ditepis oleh Dahlan. Menurutnya
masalah pengurangan karyawan tidak ada hubungannya dengan pengurangan
jumlah halaman. "Pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak ada kaitannya
dengan kebijakan baru ini. Jika memang kualitas karyawan sesuai dengan
yang dibutuhkan perusahaan, maka tidak akan ada yang di PHK,"tegasnya.

Mulai Penggabungan
Rencana itu pun, mulai dijalankan. Beberapa kali rapat koordinasi
dilakukan dengan pihak Indo Pos. Nama-nama karyawan yang akan
dipekerjakan dalam kerjasama in pun, mulai dibahas, termasuk berapa
mereka akan menerima gaji.
Alangkah kagetnya para awak redaksi Indonesia Business Today
ketika mendengar usulan dari Indo Pos, bahwa gaji karyawan Indonesia
Business Today akan dipotong dengan besaran yang tidak
tanggung-tanggung. Dalam kerjasama tersebut, awak Indonesia Business
Today akan dipotong gajinya rata-rata 50 persen. Bahkan ada yang
ditirunkan posisinya dari redaktur menjadi reporter dengan potongan
gaji hingga 70 persen. Selain itu, dari sekitar 50 nama awak redaksi
yang ada, hanya 28 yang akan diterima menjadi bagian koran baru tersebut.
Tentu saja usulan tersebut sangat memukul para awak Indonesia
Business Today. Negosiasi pun, dilanjutkan beberapa kali hingga
akhirnya disepakati jumlah awak yang akan dipekerjakan adalah sesuai
usulan Indonesia Business Today. Selain itu, potongan gaji juga
direvisi menjadi antara 10 persen hingga 25 persen sesuai dengan
posisi karyawan tersebut. Maka, sejak Desember 2008, resmilah Indo Pos
cetak 32 halaman, dengan 8 halaman Indonesia Business Today.
Rupanya, kesepakatan hanya tinggal kesepakatan, karena Dahlan sama
sekali tidak menepati janji. Akhir Desember 2008, para awak Indonesia
Business Today ternyata tidak menerima gaji seperti yang dijanjikan.
Untunglah manajemen Indonesia Business Today merupakan orang-orang
yang bertanggungjawab terhadap semua kewajiban terhadap karyawan.
Dengan upaya keras, manajemen akhirnya mendapat dana pinjaman untuk
membayar gaji karyawan.
Mulai dari situlah kekecewaan-demi kekecewaan dialami oleh para
awak Indonesia Business Today. Yang paling menyakitkan adalah ketika
dalam kondisi kritis yang membutuhkan perhatian pemilik perusahaan,
ternyata Dahlan Iskan sangat sulit dihubungi. Keresahan pun, makin
memuncak seiring dengan mendekatnya tanggal gajian Bulan Januari.
Selama seminggu sebelum tanggal gajian, pihak manajemen berupaya
keras untuk menghubungi Dahlan. Sayang panggilan telepon, pesan
singkat, maupun surat elektronik tidak ditanggapi sama sekali oleh
Dahlan. Akhirnya bulan Januari pun, berakhir tanpa ada kabar berita
sama sekali dari Dahlan. Yang ada hanyalah pemberitahuan dari Indo
Pos, yang berjanji akan membayar gaji karyawan. Namun, surat itu
sangat menyakitkan karena isinya memberitahukan bahwa karyawan hanya
akan menerima 50 persen gaji. Itu pun, jumlah penerima hanya 28 orang
bukan 50.
Lagi-lagi janji hanya sekedar janji. Sepeser pun, tidak ada dana
yang keluar dari Dahlan. Akibatnya, kembali manajemen yang
pontang-panting mencari dana talangan untuk membayar gaji karyawan.
Kekecewaan demi kekecewaan itulah akhirnya yang membuat awak
Indonesia Business Today mulai 5 Februari 2009 menghentikan semua
kegiatan jurnalistik.
Dengan berbagai fakti itulah, karyawan Indonesia Business Today,
akan melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menuntut hak
sesuai dengan ketentuan hokum dan perundangan yang berlaku di Indonesia.

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP